Belajar dari pepatah kuno

Pernahkah anda mendengar pepatah ini,jika anda ingin menuai satu tahun dari sekarang tumbuhkanlah gandum,jika anda ingin menuai sepuluh tahun dari sekarang tumbuhkanlah pohon,jika anda ingin menuai seratus tahun dari sekarang
tumbuhkanlah orang.

Kita bisa belajar dari pepatah ini,artinya sangat dalam,dan sekarang kenapa saya menuliskan pepatah tersebut untuk anda karena saya sedang mempraktekan pepatah tersebut yaitu untuk berbagi pengetahuan,membantu anda menemukan jati diri anda sebagai manusia,melalui pepatah tersebut kita tahu bahwa hidup ini selalu diperhadapkan oleh pilihan-pilihan atau saya menyebutnya sebagai pertukaran nilai,anda selalu harus memilih yang sesuai dengan realitas anda pribadi masing-masing,dan juga harus mempertanggungjawabkan keputusan yang telah anda pilih.

Pepatah tersebut begitu indah untuk di dengar,di renungkan dan di praktekan,anda bisa memilih.
Jika anda di perumpamakan sebagai petani,manakah yang akan anda pilih?
menumbuhkan gandum untuk menuai dalam dalam 1 tahun,pohon yang menuai dalam 10 tahun atau menumbuhkan orang yang menuai dalam 100 tahun,pilihan anda relatif,sesuai dengan realitas anda dan jika saya harus memilih,saya akan memilih menumbuhkan orang,karena meskipun saya telah meninggalkan dunia ini,apa yang saya berikan tidak hanya bertahan 100 tahun,tetapi kekal.

Ketika saya mati,saya berada di dunia yang berbeda itu yang saya percaya,saya tidak lagi berhubungan dengan makhluk bumi,tetapi saya tetap akan meninggalkan warisan di bumi,suatu teladan hidup yang saya jalani di bumi ini akan terus hidup,akan terus bekerja di hati setiap orang yang rendah hati yang bisa mengambil manfaat dari semua pemikiran dan tulisan saya,sebagai pertimbangan bagi pemikiran mereka sendiri alih-alih saya berpikir untuk mereka.

Saya selalu kagum dengan seorang guru,yang selalu tulus memberikan ilmunya bagi kemajuan sebuah peradaban,guru yang benar-benar mempraktekan apa yang mereka ajarkan,bukan guru yang hanya sebagai penasehat tetapi tidak menghidupi apa yang diajarkan.

Ayah saya seorang guru,ibu saya seorang pedagang,saya banyak belajar dari kedua orang tua saya,tentang ketulusan mengajar saya belajar dari ayah saya,meskipun saya bukan seorang guru sekolah seperti ayah saya,tetapi hasrat mengajar ayah saya ada juga pada diri saya,tetapi yang membuat kami berbeda adalah,saya lebih menyukai mengajar seni-seni kehidupan daripada mengajar matematika seperti ayah saya.
Saya yakin kami saling melengkapi,ayah saya mengajarkan sebuah teori melalui rumus matematika,dan saya mengajarkan bagaimana mengaplikasikan rumus matematika tersebut dalam kehidupan nyata.

Dari ibu,saya banyak belajar mengenai dagang,meskipun ibu saya hanyalah seorang pedagang kecil,tetapi nilai-nilai dasar perdagangan saya banyak belajar dari beliau,dan tekad saya adalah bagaimana saya juga bisa bertumbuh menjadi pedagang besar yang tidak hanya melayani masyarakat desa lokal,tetapi harus melayani dunia.
Mengenai apa yang akan saya jual,saya tetap akan setia pada hasrat saya untuk mengajarkan seni-seni kehidupan kepada dunia.

Bagaimana caranya?
Pertama saya akan berdoa,kedua saya pasti diberikan jawaban doa oleh Tuhan,yaitu sebuah rencana,karena jawaban doa jika memang dikabulkan adalah sebuah rencana,yang masih perlu diusahakan.
Kuncinya adalah setia pada rencana dan fokus pada tujuan.
Jadi jika menjadi guru dan menumbuhkan orang bisa menuai lebih dari 100 tahun,apakah anda juga tertarik untuk menjadi guru sejati?
Saya rasa semua orang memang terlahir menjadi guru,minimal untuk keluarga dan orang terdekat mereka.

1 komentar:

  1. It's amazing to pay a quick visit this web site and reading the views of all friends regarding this article, while I am also eager of getting know-how. all of craigslist

    BalasHapus